Momen skripsi kurang berkesan atau bahkan gak berkesan sama sekali bagimu? mungkin karena kamu tidak sedang berada pada fase patah hati maupun jatuh cinta. Dengerin ceritaku, yuk!
Beberapa bulan lalu, aku sempat membaca sebuah postingan yang menuliskan “Skripsi tidak akan jauh dari patah hati dan jatuh cinta”. Aku tidak begitu yakin di postingan siapa aku membacanya. Namun, membaca kalimat itu menyadarkanku bahwa aku pernah berada di momen itu. Sayangnya, itu adalah momen patah hati.
Entah postingan itu relevan dengan semua orang atau tidak. Tapi bagiku dan orang-orang di sekitarku, kalimat itu relevan. Jatuh cinta dan patah hati tidak selalu tentang “siapa”, bahkan julukan itu juga bisa berlaku tentang “apa”. Kamu gak harus selalu jatuh cinta pada seseorang yang menganggapmu spesial. Mungkin bisa jatuh cinta pada hobi baru, kebiasaan baru, atau influencer yang menurutmu menarik untuk dikagumi.
Patah hati juga tidak selalu tentang pasangan. Kecewa karena orang terdekat atau lingkungan, dibohongin orang yang paling kamu percaya, dan momen yang kurang menyenangkan lainnya. Menurutku, semua itu akan memberikan bekas luka yang sama pedihnya.
Skripsi berkesan karena jatuh cinta dan patah hati?
Balik lagi ke topik artikel ini, kenapa momen skripsi selalu berkaitan dengan patah hati dan jatuh cinta? Menurutku, jawabannya karena dua hal itu-lah yang menjadi alasan kenapa skripsi itu bisa terselesaikan.
Jatuh Cinta
Bagi orang yang sedang jatuh cinta dengan seseorang, mungkin orang itu-lah yang menjadi penyemangat untuk menyelesaikan skripsinya. Disemangati saat bimbingan, ditemani saat revisian, dan di-validasi perasaannya saat pikirannya lagi jenuh.
Bagi orang yang jatuh cinta dengan hobi barunya, mungkin hobinya-lah yang jadi alasan dia kenapa harus menyelesaikan revisi skripsinya dengan cepat tanpa tertunda. Alasannya, supaya dia bisa melanjutkan kembali aktivitas dengan hobi barunya.
Patah Hati
Hal ini juga berlaku dengan orang yang mengalami momen patah hati. Mungkin di awal memang ada fase bagi mereka untuk mencoba kembali bangkit dari titik terendah-nya. Karena aku yakin perasaan sedih itu gak akan bisa hilang secepat itu. Namun, percayalah skripsi akan jadi bahan balas dendam mereka dari luka itu.
Bagiku, momen patah hati ini adalah bahan bakar semangatku untuk bisa menyelesaikan skripsiku dengan cepat. Sebuah perasaan balas dendam untuk membuktikan bahwa aku bisa menjalankan dan menyelesaikan skripsi tanpa kehadirannya. Alhamdulillah, momen itu sudah kulewati jauh sebelum artikel ini ditulis.
Momen Skripsi
Terlepas dari momen jatuh cinta ataupun patah hati. Banyak orang mungkin setuju kalau momen skripsi merupakan salah satu momen yang paling menguji saat kamu berada di fase perkuliahan. Cobaannya banyak banget dan kamu udah dipastikan akan jadi orang yang paling sensitif.
Hampir semua orang skripsian berada pada mode “senggol bacok”. Percayalah itu benar adanya. Namun, mungkin gak sesadis itu kali ya? wkwkwk. Intinya, semua orang yang sedang menulis skripsi bisa sensitif kalau membahas topik-topik berat, terutama mengenai progres skripsinya.
Hal yang bikin bete bisa jadi berkali-kali lipat nyebelinnya dibandingkan saat kita lagi gak skripsian. Intinya, kita gampang baper (bawa perasaan) di momen itu.
Baper inilah yang bisa mendorong kita kepada dua kemungkinan yang bisa terjadi, jatuh cinta atau patah hati. Merasa spesial karena didukung penuh oleh seseorang, atau merasa jengkel dengan tingkah laku pasangan dan berakhir berpisah.
Sekarang semuanya masuk akal kalau orang bilang “Skripsi tidak akan jauh dari patah hati dan jatuh cinta”, kan? Gimana menurutmu? kita diskusi dibawah, yuk!
Anyway, terima kasih sudah baca sampai akhir cerita artikel ini. Kamu bisa membaca ceritaku lainnya di kategori Memoar Unik. Atau boleh mampir ke instagramku @adelahasna
See you on my next post, Bubye!